Just got back from lingkaran.co
sharing session about MENTAL HEALTH AWARENESS FOR CREATIVE PROFESSIONAL
Udah sejak lama gue menyadari
kalau gue punya mental health issue. Gue mudah sekali marah dan sering kali
timbul dorongan kuat untuk memaki dan memukul orang-orang yang bikin gue marah.
Tidak mudah untuk menyadarinya,
lebih tidak mudah lagi untuk mengakuinya, apalagi untuk mencari jalan
keluarnya.
Kalau ditanya, apa yang membuat gue sadar dan akhirnya
memutuskan untuk mencoba cari jalan keluar, terus terang gue nggak tau.
All I know is I was always exhausted, I worried a lot, and I
got bored too easily.
Jadi, mulai tiga tahun lalu, gue
belajar untuk melawan diri gue sendiri. Gue breakdown, apa yang bikin gue
senang, apa yang bikin gue marah, kenapa hal itu membuat gue marah, orang
seperti apa yang paling sering membuat gue marah, dan apa yang harus gue
lakukan supaya gak ngerasain semua itu lagi?
Pelan-pelan, mulai ketemu tuh
jawabannya.
First and foremost, I quit my
job. I quit things that don’t make me happy. It was a tough decision but I know
I gotta do it for my own well-being.
Nah, pas gue resign, banyak
banget tuh yang nyinyir dengan bilang, “Dia sih enak, keluarganya mapan.” “Dia
enak, gak perlu nafkahin keluarga.” “Dia enak, belum punya tanggungan.” Wah,
pokoknya banyaklah orang yang men-justify ketakutan mereka sendiri melalui
tindakan yang diambil orang lain.
Tapi ya ini juga bagian dari proses
belajar. Gue harus belajar memilah hal-hal apa aja yang gue “izinkan” membuat
gue marah, sedih, nangis, kecewa, dan takut. Kalau dengarin mulut orang lain
terus.., waduh, runyam. Toh Tuhan tahu langkah-langkah apa aja yang udah SEJAK
LAMA gue ambil untuk mempersiapkan sumber penghasilan gue setelah gue resign
dari kantor.
Secondly, gue semakin rajin
olahraga karena setidaknya bagi gue, olahraga terbukti ngebantu untuk nge-boost
semangat gue.
Selain itu, gue sangat
menghindari orang-orang yang hobi banget ngegosip, hobi banget nyinyir sama
kekurangan dan BAHKAN kesuksesan orang lain, hobi banget ngejudge orang lain,
hobi banget ngeluh, sedih, dan cemas.
Bergaul sama mereka bikin lelah,
sedangkan gue ngerasa gue butuh untuk terus ngejaga motivasi gue. Silaturahmi
sih tetap dijalin, tapi “filter”-nya juga terus diaktifin :D
Lastly, gue semakin banyak
mencoba hal baru. Coba ikut kegiatan diskusi ini-itu, ikutan muaythai walaupun
udah bertahun-tahun latihan wing chun, dan lain sebagainya. DAN gue melarang
diri gue untuk “hanya berangkat kalau ada temannya.”
I mean, yang butuh kan gue, kalau
ada teman yang kebetulan mau ikutan juga, ya syukur. Kalau nggak ada, ya
berangkat aja sendiri. Gue gak mau jadi gak berkegiatan karena gak ada teman
barengan. It’s not good FOR ME. Kalau situ punya pendapat lain, ya monggo aja
gih J
And yes, now my days are
brighter.
Allah selalu baik 😚