Thursday, August 1, 2019

Confession



Just got back from lingkaran.co sharing session about MENTAL HEALTH AWARENESS FOR CREATIVE PROFESSIONAL

Udah sejak lama gue menyadari kalau gue punya mental health issue. Gue mudah sekali marah dan sering kali timbul dorongan kuat untuk memaki dan memukul orang-orang yang bikin gue marah.

Tidak mudah untuk menyadarinya, lebih tidak mudah lagi untuk mengakuinya, apalagi untuk mencari jalan keluarnya.

Kalau ditanya, apa yang membuat gue sadar dan akhirnya memutuskan untuk mencoba cari jalan keluar, terus terang gue nggak tau.

All I know is I was always exhausted, I worried a lot, and I got bored too easily.

Jadi, mulai tiga tahun lalu, gue belajar untuk melawan diri gue sendiri. Gue breakdown, apa yang bikin gue senang, apa yang bikin gue marah, kenapa hal itu membuat gue marah, orang seperti apa yang paling sering membuat gue marah, dan apa yang harus gue lakukan supaya gak ngerasain semua itu lagi?

Pelan-pelan, mulai ketemu tuh jawabannya.

First and foremost, I quit my job. I quit things that don’t make me happy. It was a tough decision but I know I gotta do it for my own well-being.

Nah, pas gue resign, banyak banget tuh yang nyinyir dengan bilang, “Dia sih enak, keluarganya mapan.” “Dia enak, gak perlu nafkahin keluarga.” “Dia enak, belum punya tanggungan.” Wah, pokoknya banyaklah orang yang men-justify ketakutan mereka sendiri melalui tindakan yang diambil orang lain.

Tapi ya ini juga bagian dari proses belajar. Gue harus belajar memilah hal-hal apa aja yang gue “izinkan” membuat gue marah, sedih, nangis, kecewa, dan takut. Kalau dengarin mulut orang lain terus.., waduh, runyam. Toh Tuhan tahu langkah-langkah apa aja yang udah SEJAK LAMA gue ambil untuk mempersiapkan sumber penghasilan gue setelah gue resign dari kantor.

Secondly, gue semakin rajin olahraga karena setidaknya bagi gue, olahraga terbukti ngebantu untuk nge-boost semangat gue.

Selain itu, gue sangat menghindari orang-orang yang hobi banget ngegosip, hobi banget nyinyir sama kekurangan dan BAHKAN kesuksesan orang lain, hobi banget ngejudge orang lain, hobi banget ngeluh, sedih, dan cemas.

Bergaul sama mereka bikin lelah, sedangkan gue ngerasa gue butuh untuk terus ngejaga motivasi gue. Silaturahmi sih tetap dijalin, tapi “filter”-nya juga terus diaktifin :D

Lastly, gue semakin banyak mencoba hal baru. Coba ikut kegiatan diskusi ini-itu, ikutan muaythai walaupun udah bertahun-tahun latihan wing chun, dan lain sebagainya. DAN gue melarang diri gue untuk “hanya berangkat kalau ada temannya.”

I mean, yang butuh kan gue, kalau ada teman yang kebetulan mau ikutan juga, ya syukur. Kalau nggak ada, ya berangkat aja sendiri. Gue gak mau jadi gak berkegiatan karena gak ada teman barengan. It’s not good FOR ME. Kalau situ punya pendapat lain, ya monggo aja gih J

And yes, now my days are brighter.

Allah selalu baik 😚






TATKALA

  Life After Those 18 Text Messages Kangen kamu, M bel. Aku bingung harus ngapain biar sakitnya pergi...             Si bodoh ini berna...